PEMBINAAN KELUARGA DAN PEMELIHARAANNYA 4
Pada ayat tersebut yang juga ayat
Makiyyah, Alla menyatakan bahwa untu ketentraman dan ketenangan dalam keluarga,
harus diciptakan rasa cinta dan kasih sayang atara suami, isteri dan anak.
Tentu saja hal ini harus diusahakan dengan sabar, dengan memberikan mau’izah,
nasihat dan ontoh, tauladan yang terus menerus, serta bedo’a pada Allah SWT
pada stiap saat, sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya
وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada
kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa” (al-Furqan (25):
74)
Pada ayat tersebut, yang juga termasuk ayat
Makiyyah, Allah SWT menjelaskan bahwa orang-orang yang dekat kepada-Nya selalu
berdoa kepada Allah SWT agar istri, anak dan cucunya menjadi penyenang baginya
dan menjadi tauladan bagi orang-orang yang bertawqwa kepada Allah SWT.
MAWAALI: bentuk jaak dari
kata maula, yang berasal dari kata: walaa-yalii-wilaayatan, yang
berarti: dekat.
Dalam al-Qur’an , kata tersebut dengan berbagai
derivasinya diulang sebanyak 206 kali sedang kata mawalii(bentuk jamak)
disebut sebanyak 3 kali, yaitu pada surah an-Nisa’ : 33, Maryam: 5 dan surah
al-Ahzab: 5.
Cinta pada pelestarian keturunan adalah fitrah
manusia, sebab tanpa ketrurunan perjuangan para pendahulu akan terputus, tidak
ada yang melanjutkan.Nabi Zakaria, sekaliun sudah lanjut usia, tetap berdoa
kepada Allah SWT agar diberi keturunan, sebagaimana diungkapkan dalam
firman-Nya:
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا
وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا ﴿۴﴾ وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ
وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا ﴿۵﴾
يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا ﴿۶﴾
Ia berkata, "Ya Tuhanku,
sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah beruban dan aku belum pernah
kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku
sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahkanlah
aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan
mewarisi sebagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang
diridhai”.(Maryam (19): 4-6)
Sekalipun Zakariya
telah lanjut usia, ia tetap berdoa kepada Allah SWT agar dianugerahi keturunan
supaya dapat meneruskan perjuangannya, dan ia yakin akan dikabulkan doanya,
sebab semua doa-doanya yang lalu telah dikabulkan , tiada satupun yang
ditolak-Nya, yang dalam surah ersebut diungkapkan dengan pernyataan:wa lan akun
bi du’aaika Rabbi syaqiyan (dan akau belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada
Engkau).Dari sinilah para ulama berpendapat bahwa dalam berdoa disunahkan
menyebutkan kenikmatan yang telah dianugerahkan Allah SWT, dan mengakui
kerendahan diri dan kelemahannya, dengan khusyu’ serta dilakukan terus-menerus
tidak berputus asa.
Nabi Zakariya tetap
berdoa, padahal ia menyadari bahwa istrinya adalah seorang yang mandul, tetapi
ia yakin bahwa Allah Maha Kuasa, segala apa yang Dia kehendaki pasti akan
terwujud.
3. Pendidikan
Pendidikan
adalah sisi lain yang wajib diperhatikan
di samping pernikahan dan pelestarian ketrunan. Terutama pendidikan keagamaan
dan akhlak. Kehidupan keluarga akan kacau jika pendidikan keagamaan dan akhlak
tidak diperhatikan dan pada gilirannya umat akan menjadi kacau karena kacaunya
kehiduan keluarga. Dengan pendidikan inilah akan ahir rasa tanggung jawab dalam
diri seseorang.
Manusia
tidaklah diciptakan hanya dengan makan dan minum, hidup kemudian mati
sebagaimana makhluk lainnya. Melainkan manusia diciptakan untuk beribadah
memikirkan ciptaan Allah, memikikan kemashlahatan bagi manusia dan lingkungan,
serta mengadakan kerja sama dan tolong menolong sesama manusia.
Maka
manusia berbeda dengan makhluk lainnya, tidaklah pantas ia lepas dari
pertanggung jawaban dalam kehidupannya terutama kepada AllahSWT.Untuk itulah
pendidikan yang bermanfaat sangat diperlukan untk memperkuat pilar keluarga dan
kekuatan umat. Maka tidak ada artinya pernikahan dan keturunan tapa adaya
penddikan. Seakin besar keluarga semakin besar pula pertanggungjawabannya, demikian
pula umat, semakin besar jumlahnya semakin besar pula pertanggungjawabannya. Maka pendidikan,
pemeliharaan dan ikatan keluarga merupaka keharusan dan keniscayaa dalam
memperkuat keluarga,
Sebagaimana
diketahui bahwa manusia pada mulanya hanyalah sedikit, terdiri dari satu oang
(Adam As) kemudian bertambah satu orang (Hawa) dan terus berkembang sehingga
sangat besar jumlahnhya. Jika dibiarkan tanpa pembinaan, tanpa pemeliharaan dan
tanpa pendidikan maka dapat dibayangkan betapa kacau dunuia ini.
Allah berfirman
dalam surah an-Nisa ayat yang pertama dan dalam surah al-Hujurat yang ke-13,
bahwa Dia selalu mengawasi manusia setelah mengembangbiakkan mereka dan
memerintahkan agar mereka saling mengenal dan tolong menolong tanpa membedakan
suku bangsa maupun negara.
Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Related Posts: 1436H,
Buletin Jum'at,
Tafsir al-Qur'an
0 komentar:
Posting Komentar