Sabtu, 08 Agustus 2015

KEDUDUKAN ILMU DALAM ISLAM


KEDUDUKAN ILMU DALAM ISLAM

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Mujaadalah 58::11)

Ilmu dalam tinjauan materiil ataupun moril dalam Islam menepati kedudukan yang sangat urgen, yakni menjadi penentu dalam pengamalan Agama Islam.
Ayat al-Qur’an dengan lugas memberikan pernyataan keunggulan orang-orang yamg beriman dan diberi ilmu oleh Allah Ta’ala. Di dalam surah al-Mujaadalah ayat 11 Allah berfirman:
“… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa dejarat…” (QS. Al-Mujadalah : 11)

Secara telaah bahasa/etimologi/lughawiyah, terdapat kata yarfa’ dalam ayat tersebut. Kata yarfa’ adalah kata kerja mudlari’ yang jazm. Jazm berarti pakem, pasti. Jazm pada ayat tersebut dengan harakat sukun, di mana sukun bermakna seiring dengan sakinah artinya tenang, tentram. Ini menunjukkan kepastian atas seorang yang beriman dan berilmu mendapatkan ketentraman, kesenangan di mana ia dapat kedudukan lebih yaitu dapat membuka jendela dunia dan akhirat. Inilah makna beberapa derajat keunggulan orang yang beriman dan berilmu dibanding dengan orang-orang yang tidak berilmu (manusia awam) yang tertulis dalam ayat di atas.

Dalam ayat lain dengan nada pertanyaan tapi bermakna pernyataan, Allah berfirman:
“Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?” (QS. ar-Ra’du 13: 16)
Sungguuh ayat ini sebuah pernyataan Allah Ta’ala yang isinya memuji orang yang berilmu ketimbang orang bodoh. Begitu bedanya orang yang berilmu dengan orang yang awam.

Untuk membuktikan secara factual dari kedua ayat di atas: selain Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam kita kenal sahabat Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam, mereka banyak bergelut dengan ilmu, contoh mereka banyak bergelut dengan menghafal al-Qur’an dan menjaga hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam, maka nama-nama mereka yang sudah 1438 tahun lalu (15 abad) lewat, masih disebut-sebut menjadi sanad hadits, baik Abu Bakar ra, Umar bin Khaththab ra, Utsman bin ‘Affan ra, Ali bin Abi Thalib ra, Abu Hurairah ra, Anas bin Malik ra dan lain sebagainya. Nama-nama mereka masih harum untuk kita sebut padahal sudah 15 abad yang lalu mereka menjadi pijakan referensi sanad-sanad hadits.

Dari kalangan tabi’in/para ulama salaf sholeh kita kenal Imam al-Bukhari, denga kitabnya Shahih al-Bukhari. Namanya dan karyanya masih disebut-sebut di zaman kini.

Berarti beliau seakan-akan masih hidup padahal hidup 1300 tahun yang lalu. Imam Muslim dengan Shahih Muslimnya, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Asy-Syafi’i, Ibnu Majah, Ibnu Rusd dengan semua karya-karya mereka dan nama-nama mereka. Sampai kini mereka masih disebut-sebut sebagai acuan dan referensi keilmuan Islam. Sungguh betapa mulia hidup mereka dengan keberkahan Allah Ta’ala padahal sudah belasan abad yang lalu.

Jika kita telaah tentang ilmu dalam system keislaman sangatlah menjadi penentu dalam  kejayaan dan kesempurnaan agama Islam. Dalam sebuah atsar disebutkan:

“Barang siapa ingin sukses dunia maka ia harus berilmu,  barang siapa ingin sukses akhirat maka ia harus berilmu dan barang siapa ingin sukses kedua-duannya maka ia harus berilmu.” Disampaikan oleh ath-Thabrani

Periwayatan atsar ini jelas bahwa ilmu sebagai syarat mutlak segala kesuksesan baik dunia maupun akhirat.  Ada sebuah ungkapan yang diriwayatkan Au Syaikh:
“Ilmu adalah ruhnya Islam dan tiangnya Iman …”

Bahwa Islam akan hidup jika Ilmu masih tersiarkan dan Islam akan mati jika Ilmu tidak diperhatikan  serta terkandung pengertian iman seseorang tanpa ilmu maka akan ambruk tidak berdaya dan akan hilang tanpa arah.

Terlebih melihat hadits yang menjadi dasar pokok kewajiban mencari ilmu adalah segala-galanya. Sabda Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam:
“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Abdil-Baar)

Ada kata faridlah ini berarti lebih wajib, ketika kita mengenal shalat adalah wajib dengan bahasa faradla artinya wajib. Puasa adalah faradla (wajib). Ini menunjukkan biasa saja dari kefardluan ibadah tersebut. Tetapi mencari ilmu bahasa Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam dengan kata faridlah mengguhnakan ya’ isim tafdlil yang berarti lebih wajib. Inilah poentingnya Ilmu dari sekedar shalat yang fardlu dan puasa yang fardlu. Mencari ilmu adalah lebih fardlu karena segala amal ibadah bisa diterima karena didasari ilmu

Kata pepatah dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim
“Setiap orang yang beramal ibdah tanpa ilmu maka amal ibadahnya tidak akan diterima
(ditolak)”
Terlebih-lebih kita harus khawatir karena ada prediksi dari Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam tentang zaman akhir di mana ilmu akan dicabut dari permukaan bumi dengan dicabutnya para alim ulama, yakni wafatnya mereka, maka yang ada tinggal orang-orang yang bodoh tanpa ilmu lalu terpaksa berfatwa karena waktu itu dibutuhkan orang untuk menjadi pemuka agama. Akan tetapi yang ada hanyalah orang-orang yang sok tahu tentang agama padahal ia tidak berilmu, ia pandai berbicara agama tanpa menguasai ilmu yang akhirnya sesat dan berfatwa tanpa ilmu hasilnya adalah menyesatkan.
Hadits nabi menyatakan
“Ilmu akan dicabut dengan matinya para ulama sampai habis tak tersisa, akhirnya terpaksa masyarakat mengangkat pemuka agama dari kalangan orang-orang bodoh, mereka suka berfatwa tanpa menguasai ilmu, yang akhirnya mereka sesat dan menyesatkan orang lain.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Inilah saudaraku kaum muslimin kekhawatiran kita tentang ilmu yuang kian hari kian terancam habis dari peredaran peradaban dunia di kala kader generasi penerus kita, anak-anak kita, cucu-cucu kita. Jika mereka tidak mau bergelut di madrasah, pondok-pondok pesantren, lembaga-lembaga pendidikan Islam yang kurikulumnya sistematis maka akan surut keilmuan keislaman oleh karena terpengaruh oleh hingar bingar dunia yang sifatnya materialistis.

Semoga warga pergerakan Muhammadiyah tetap istiqomah dalam majelis-majelis ilmu dan kader-kader generasi penerus tidak pernah surut untuk menerima warisan dari Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam yakni al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber ilmu. Baraakallahu lakum.
Wallahu a’alam.

Oleh: Ust. Asep Jauharuddin,S.Ag. Edited by Redaksi




Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
YOUR ADSENSE CODE GOES HERE

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Comments

HADIRILAH KAJIAN RUTIN

1. Pengajian Pagi Ahad ke-1 dan ke-5 di Balai Dakwah Muhammadiyah Kaliwungu, Jln. Sekopek-Plantaran no.12, Kaliwungu, Kendal.

2. Pengajian Pagi Ahad ke 2 di PAY Putri Hj Rumiatun, Sarirejo, Kaliwungu(Belakang Koramil Kaliwungu).

3. Pengajian Pagi Ahad ke-3 di PAY Hj Siti Rohmah, Kumpulrejo, Kaliwungu.

4. Pengajian Pagi Ahad ke 4 di Ponpes Al Manar Sawah jati Krajan kulon, Kaliwungu.

Pengajian dimulai pukul 06.00-07.00

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ :

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ

رَوَاهُ مُسْلِم عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Barang siapa menumpuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.(HR. Muslim dari Abu Hurairah)

 

| MDM (Mimbar Dakwah Muhammadiyah) Kaliwungu © 2009. All Rights Reserved | Template Style by My Blogger Tricks .com | Design by Brian Gardner | Back To Top |