CINTA DAN KASIH SAYANG DALAM RUMAH TANGGA
(1)
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا
لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي
ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ [الروم : 21]
Dan di antara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah Dia menciptakan pasang-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda(kebsaran
Allah) bagi kaum yang berfikir. (ar-Ruum [30]: 21)
قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ قَتَلُوا أَوْلَادَهُمْ سَفَهًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
وَحَرَّمُوا مَا رَزَقَهُمُ اللَّهُ افْتِرَاءً عَلَى اللَّهِ قَدْ ضَلُّوا وَمَا
كَانُوا مُهْتَدِينَ [الأنعام : 140]
Sungguh rugi
mereka yang membunuh anak-anaknya, karena kebodohan tanpa
pengetahuan dan mengharamkan rizki yang
dikaruniakan Allah dengan semata-mata membuat kebohongan terhadap Allah. Sungguh mereka telah sesat dan tidak mendapat petunjuk.(al-An’aam [6]:140)
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا
تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ [لقمان : 13]
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya: "Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Luqman [31]: 13)
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى
وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ
الْمَصِيرُ [لقمان : 14]
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tuanya; ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang tuamu, hanya kepada Aku kembalimu. (Luqman [31]: 14)
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي
الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ
وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا
فَخُورًا [النساء : 36]
Dan sSembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtuamu,
kerabat dekat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga
jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri, (an-Nisa’ [4]: 36)
Tafsir
Mufrodat:
Untuk mempermudah ayat-ayat tersebut di atas,maka perlu dijelaskan
dengan singkat makna kata-kata yang memperlukan penjelasan:
1.
Litaskunuu: bentuk mudlarik (yang menunjukkan waktu sekarang)
berasal dari kata sakana, bentuk madli (yang menunjuk waktu lampau),
bentuk masdarnya sakiinah (ketenangan). Kata tersebut dengan
berbagai derivasinya diulang sebanyak 69 kali, dengan makna yang berbedea-beda
sesuai dengan konteksnya.
2.
Mawaddah: bentuk masdar, berasal dari kata wadda-yawaddu-wuddan-mawaddah,
yang berarti ahabba (mencintai). Dalam al-Qur’an kata tersebut dengan
berbagai derivasinya diulang sebanyak 29 kali, dengan makna yang berbedea-beda
sesuai dengan konteksnya.
3.
Rahmah: bentu masdar, berasal dari kata rahima,-yarhamu,
yang berarti raqqa (menyayangi, lemah lembut). Kata tersebut dengan
berbagai derivasinya diulang sebanyak 142 kali, dengan makna yang berbedea-beda
sesuai dengan konteksnya.
4.
Fishaal: bentuk masdar, berasal dari kata: fashola-yafshilu-fashlan-fisholan,
yang berarti: faraqa (memisahkan, memutuskan, merinci, menyapih,
keluar). Semua pengertian ini terdapat dalam al-Qur’an sebanyak 43 kali denga
makna yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya, kata ini terdapat dalam surah
al-Baqarah: 233 dengan arti menyapih, demikian pula dalam surah Luqman ayat 14.
Dinamakan menyapih, karena anak bayi itu berhenti dari
minum air susu ibu dan berganti dengan makan-makanan lainnya.
Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Related Posts: 1436H,
Buletin Jum'at,
Keluarga,
Pembinaan Keluarga,
Tafsir al-Qur'an,
Tafsir Mufradat
0 komentar:
Posting Komentar