TAUBAT 2
.....وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“...Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
(an-Nur 24: 31)
Allah
Ta’ala Maha Penerima taubat. Betapapun besarnya dosa seorang manusia, apabila
dia bertaubat Allah pasti mengampuninya. Tdak ada istilah terlambat untuk
kembali kepada jalan kebenaran,kecuali kalau nyawa sudah berada di tenggorokan
atau matahari sudah terbit dari barat, maka pintu taubat memang sudah ditutup.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhya
Allah membentangkan tangan-Nya pada waktu malam supaya bertaubat orang yang
berbuat salah siang hari. Dan Dia membentangkan tangan-Nya pada siang hari,
supaya bertaubat orang yang berbuat salah malam hari. Keadaan itu tetap terus
hingga matahari terbit dari barat.”(HR.Muslim)
Sesungguhnya
Allah tetap menerima taubat seorang hamba-Nya selama nyawanya belum sampai
tenggorokan.” (HR. at-Turmudzi)
Dalam
sebuah hadits yang panjang riwayat al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah
menceritakan bagaimana Allah tetap menerima taubat seseorang yang telah
membunuh 100 orang, apabila dia benar-benar bertaubat kepada Allah.
Dalam
satu hadits Qudsi Allah berfirman:
“Allah
Ta’ala berfirman : “Wahai Bani Adam! Sesungguhnya selama engkau berdoa dan
mengharap kepada-Ku niscaya Aku ampuni dosa-dosamu, dan aku tiada akan peduli.
Wahai Bani Adam! Jika sekiranya dosa dan kesalahanmu setinggi awan, lalu engkau
memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni. Wahai Bani Adam! Andai engkau
datang kepada-Ku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi kemudian engkau mati
dalam keadaan tidak menyekutukan akudengan sesuatu pun, niscaya Aku akan datang
kepadamu dengan membawa ampunan seisi bumi pula!”(HR.
at-Turmudzi).
Jadi
jelaslah bagi kita bahwa tidak ada dosa yang tidak terampuni kalau kita minta
ampun kepada Allah Ta’ala dan tidak ada kata terlambat untuk bertaubat sebelum
nyawa sampai tenggorokan. Oleh sebab itu berrsegeralah bertaubat sebelum maut
datang menjemput yang entah kapan.
Taubat
yang sempurna harus memenuhi lima dimensi :
Menyadari kesalahan
Seseorang tidak mungkin bertaubat kalau dia tidak
menyadari kesalahannya atau tidak merasa bersalah. Di sinilah perlunya seorang
Muslim mempelajari ajaran Islam, terutama tentang perintah-perintah yang wajib
diikutinya dan larangan-larangan yang wajib ditinggalkannya. Di sini pulalah
pentingnya saling ingat-mengingatkan sesama Muslim (wa tawaashau bi al-haq).
Menyesali kesalahan.
Sekalipun seseorang tahu bahwa dia bersalah tetapi
dia tidak menyesal telah melakukannya maka orang tadi belumlah dikatakan
bertaubat. Apalagi kalau dia bangga dengan kesalahannya itu. Dalam hal ini
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Menyesal itu adalah taubat.”
(HR. Abu Daud dan al-Hakim)
Memohon ampun kepada Allah Ta’ala (isthighfaar),
dengan keyakinan atau husn azh-zhan bahwa Allah Ta’ala akan
mengampuninya. Semakin banyak dan sering seseorang mengucapkan istighfar kepada
Allah Ta’ala semakin baik. Sebelumnya telah di sebutkan hadits yang
menyatakan bahwa sekalipun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak melakukan kesalahan atau kemaksiatan, beliau tetap banyak beristighfar,
bahkan sampai seratus kali sehari. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“ Tidak ada dosa yang besar dengan
istighfar, dan tidak ada dosa yang kecil kalau diulang-ulang.”
(HR. ath-Thabraani)
Berjanji tidak akan mengulanginya.
Janji
itu harus keluar dari hati nurani dengan sejujurnya, tidak hanya di mulut,
sementara di dalam hati masih tersimpan niat untuk mengerjakan dosa itu
sewaktu-waktu. Taubat seperti ini diibaratkan dengan taubat sambal, waktu
kepedasan menyatakan “kapok”, tapi besoknya dimakan lagi. Seperti dalam
hadits di atas, betatapun kecilnya dosa itu, tapi kalau dikerjakan
berulang-ulangtentu lama-lama kualitasnya sama dengan dosa besar.
Menutupi
kesalahan masa lalu dengan amal shaleh, untuk membuktikan
bahwa dia benar-benar telah bertaubat.
Tentang hal ini Allah Ta’ala berfirman:
“Dan
sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman dan beramal
shaleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” (QS. Thaaha 20:
82)
Kebikan
yang dilakukan setelah bertaubat akan menghapus keburukannya di masa lalu.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bertaqwalah
kamu kepada Allah di mana pun kamu berada, dan iringilah perbuatan jahat dengan
perbuatan baik, maka kebaikan itu akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia
dengan akhlaq yang baik.” (HR. at-Turmudzi)
Dalam
hadits lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan
perumpamaan bagaimana kebaikan menghapuskan keburukan :
“Perumpamaan
orang yang mengerjakan perbuatan buruk kemudian mengerjakan perbuatan baik
adalah seperti seseorang yang terbelengguoleh rantai-rantai lalu dia melakukan
kebaikan, lalu terlepaslah satu ikatannya, kemudian dia melakukan kebaikan lagi
maka terlepaslah dia dari rantai lainnya, sampai ia benar-benar terlepas.”
(HR. Ahmad dan ath-Thabraani).
Taubat
yang memenuhi lima dimensi di ataslah yang disebut dengan taubat yang sempurna
atau dalam bahasa al-Qur’an disebut taubat nashuuha.
DR.
H. Yunahar Ilyas,Lc. MA.
Dalam
buku Kuliah Akhlaq, terbitan LPPI, Cet IX, 2007
Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Related Posts: Akhlaq,
Ibadah,
Keluarga,
Pembinaan Keluarga
0 komentar:
Posting Komentar