Kamis, 13 November 2014

CINTA DAN KASIH SAYANG DALAM RUMAH TANGGA (1)

0 komentar
CINTA DAN KASIH SAYANG DALAM RUMAH TANGGA (1)

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ [الروم : 21]

Dan di antara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah Dia menciptakan pasang-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh  pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda(kebsaran Allah) bagi kaum yang berfikir. (ar-Ruum [30]: 21)

قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ قَتَلُوا أَوْلَادَهُمْ سَفَهًا بِغَيْرِ عِلْمٍ وَحَرَّمُوا مَا رَزَقَهُمُ اللَّهُ افْتِرَاءً عَلَى اللَّهِ قَدْ ضَلُّوا وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ [الأنعام : 140]

Sungguh rugi mereka  yang membunuh anak-anaknya, karena kebodohan tanpa pengetahuan dan mengharamkan rizki yang dikaruniakan Allah dengan semata-mata membuat kebohongan terhadap Allah. Sungguh mereka telah sesat dan tidak mendapat petunjuk.(al-An’aam [6]:140)

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ [لقمان : 13]

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya: "Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Luqman [31]: 13)

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ  [لقمان : 14]

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tuanya; ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang tuamu, hanya kepada Aku kembalimu. (Luqman [31]: 14)

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا [النساء : 36]

Dan sSembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtuamu, kerabat dekat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (an-Nisa’ [4]: 36)

Tafsir Mufrodat:

Untuk mempermudah ayat-ayat tersebut di atas,maka perlu dijelaskan dengan singkat makna kata-kata yang memperlukan penjelasan:

1.    Litaskunuu: bentuk mudlarik (yang menunjukkan waktu sekarang) berasal dari kata sakana, bentuk madli (yang menunjuk waktu lampau), bentuk masdarnya sakiinah (ketenangan). Kata tersebut dengan berbagai derivasinya diulang sebanyak 69 kali, dengan makna yang berbedea-beda sesuai dengan konteksnya.

2.    Mawaddah: bentuk masdar, berasal dari kata wadda-yawaddu-wuddan-mawaddah, yang berarti ahabba (mencintai). Dalam al-Qur’an kata tersebut dengan berbagai derivasinya diulang sebanyak 29 kali, dengan makna yang berbedea-beda sesuai dengan konteksnya.

3.    Rahmah: bentu masdar, berasal dari kata rahima,-yarhamu, yang berarti raqqa (menyayangi, lemah lembut). Kata tersebut dengan berbagai derivasinya diulang sebanyak 142 kali, dengan makna yang berbedea-beda sesuai dengan konteksnya.

4.    Fishaal: bentuk masdar, berasal dari kata: fashola-yafshilu-fashlan-fisholan, yang berarti: faraqa (memisahkan, memutuskan, merinci, menyapih, keluar). Semua pengertian ini terdapat dalam al-Qur’an sebanyak 43 kali denga makna yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya, kata ini terdapat dalam surah al-Baqarah: 233 dengan arti menyapih, demikian pula dalam surah Luqman ayat 14.

Dinamakan menyapih, karena anak bayi itu berhenti dari minum air susu ibu dan berganti dengan makan-makanan lainnya.
Read More ->>

PEMBINAAN KELUARGA DAN PEMELIHARAANNYA 4

0 komentar
PEMBINAAN KELUARGA DAN PEMELIHARAANNYA 4

Pada ayat tersebut yang juga ayat Makiyyah, Alla menyatakan bahwa untu ketentraman dan ketenangan dalam keluarga, harus diciptakan rasa cinta dan kasih sayang atara suami, isteri dan anak. Tentu saja hal ini harus diusahakan dengan sabar, dengan memberikan mau’izah, nasihat dan ontoh, tauladan yang terus menerus, serta bedo’a pada Allah SWT pada stiap saat, sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa” (al-Furqan (25): 74)

Pada ayat tersebut, yang juga termasuk ayat Makiyyah, Allah SWT menjelaskan bahwa orang-orang yang dekat kepada-Nya selalu berdoa kepada Allah SWT agar istri, anak dan cucunya menjadi penyenang baginya dan menjadi tauladan bagi orang-orang yang bertawqwa kepada Allah SWT.

MAWAALI: bentuk jaak dari kata maula, yang berasal dari kata: walaa-yalii-wilaayatan, yang berarti: dekat.

Dalam al-Qur’an , kata tersebut dengan berbagai derivasinya diulang sebanyak 206 kali sedang kata mawalii(bentuk jamak) disebut sebanyak 3 kali, yaitu pada surah an-Nisa’ : 33, Maryam: 5 dan surah al-Ahzab: 5.

Cinta pada pelestarian keturunan adalah fitrah manusia, sebab tanpa ketrurunan perjuangan para pendahulu akan terputus, tidak ada yang melanjutkan.Nabi Zakaria, sekaliun sudah lanjut usia, tetap berdoa kepada Allah SWT agar diberi keturunan, sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya:

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا ﴿۴﴾ وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا ﴿۵﴾ يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا ﴿۶﴾

Ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah beruban dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahkanlah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai”.(Maryam (19): 4-6)

Sekalipun Zakariya telah lanjut usia, ia tetap berdoa kepada Allah SWT agar dianugerahi keturunan supaya dapat meneruskan perjuangannya, dan ia yakin akan dikabulkan doanya, sebab semua doa-doanya yang lalu telah dikabulkan , tiada satupun yang ditolak-Nya, yang dalam surah ersebut diungkapkan dengan pernyataan:wa lan akun bi du’aaika Rabbi syaqiyan (dan akau belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Engkau).Dari sinilah para ulama berpendapat bahwa dalam berdoa disunahkan menyebutkan kenikmatan yang telah dianugerahkan Allah SWT, dan mengakui kerendahan diri dan kelemahannya, dengan khusyu’ serta dilakukan terus-menerus tidak berputus asa.

Nabi Zakariya tetap berdoa, padahal ia menyadari bahwa istrinya adalah seorang yang mandul, tetapi ia yakin bahwa Allah Maha Kuasa, segala apa yang Dia kehendaki pasti akan terwujud.

3.      Pendidikan
Pendidikan adalah sisi lain yang  wajib diperhatikan di samping pernikahan dan pelestarian ketrunan. Terutama pendidikan keagamaan dan akhlak. Kehidupan keluarga akan kacau jika pendidikan keagamaan dan akhlak tidak diperhatikan dan pada gilirannya umat akan menjadi kacau karena kacaunya kehiduan keluarga. Dengan pendidikan inilah akan ahir rasa tanggung jawab dalam diri seseorang.

Manusia tidaklah diciptakan hanya dengan makan dan minum, hidup kemudian mati sebagaimana makhluk lainnya. Melainkan manusia diciptakan untuk beribadah memikirkan ciptaan Allah, memikikan kemashlahatan bagi manusia dan lingkungan, serta mengadakan kerja sama dan tolong menolong sesama manusia.

Maka manusia berbeda dengan makhluk lainnya, tidaklah pantas ia lepas dari pertanggung jawaban dalam kehidupannya terutama kepada AllahSWT.Untuk itulah pendidikan yang bermanfaat sangat diperlukan untk memperkuat pilar keluarga dan kekuatan umat. Maka tidak ada artinya pernikahan dan keturunan tapa adaya penddikan. Seakin besar keluarga semakin besar pula pertanggungjawabannya, demikian pula umat, semakin besar jumlahnya semakin besar  pula pertanggungjawabannya. Maka pendidikan, pemeliharaan dan ikatan keluarga merupaka keharusan dan keniscayaa dalam memperkuat keluarga,

Sebagaimana diketahui bahwa manusia pada mulanya hanyalah sedikit, terdiri dari satu oang (Adam As) kemudian bertambah satu orang (Hawa) dan terus berkembang sehingga sangat besar jumlahnhya. Jika dibiarkan tanpa pembinaan, tanpa pemeliharaan dan tanpa pendidikan maka dapat dibayangkan betapa kacau dunuia ini.


Allah berfirman dalam surah an-Nisa ayat yang pertama dan dalam surah al-Hujurat yang ke-13, bahwa Dia selalu mengawasi manusia setelah mengembangbiakkan mereka dan memerintahkan agar mereka saling mengenal dan tolong menolong tanpa membedakan suku bangsa maupun negara.
Read More ->>

Jumat, 31 Oktober 2014

PUASA TASU'A DAN 'ASYURA, 9 DAN 10 MUHARRAM 1436H, KEUTAMAAN DAN WAKTUNYA

0 komentar
MARI BERPUASA ASYURA DAN TASU’A, YAKNI TANGGAL 9 DAN 10 MUHARAAM YANG BERTEPATAN PADA HARI AHAD DAN SENIN TANGGAL  2 DAN 3 NOVEMBER 2014,

قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ : يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim dari Abu Qatadah al-Anshari-ra-) 
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkata, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di hari ‘Asyura’ dan memerintahkan manusia untuk berpuasa, para sahabat pun berkata, "Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani." Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, "Pada tahun depan -insya Allah- kita akan berpuasa tanggal 9nya (Muharram) pula.’ Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal. (HR.Muslim)
Apabila tidak bisa berpuasa pada tanggal 9 Muharramnya maka tidak mengapa hanya berpuasa pada tanggal 10nya saja. Akan tetapi lebih utama bila dilakukan keduannya. Wallahu a’lam


Read More ->>

Selasa, 28 Oktober 2014

Pembinaan Keluarga dan Pemeliharaannya 3

0 komentar
Pembinaan Keluarga dan Pemeliharaannya 3
Asyiqien Humam

Taskunu, bentuk mudlari’ dari kata sakana, yang berarti diam, tenang. Kemudian arti kata terebut berkembang sehingga mempunyai arti yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya. Dari kata tersebut lahirlah kata sakinah yang berarti ketenangan, ketentraman. Kata sakinah merupakan bentuk masdar: yang sering diucapkan: keluarga sakinah, yang seharusnya keluarga yang penuh dengan sakinah.
Dalam al-Qur’an kata tersebut diulang sebanyak 67 kali, yang tersebar di berbagai surat/ayat dengan berbagai derivasinya.

Qurrah, bentuk masdar, berasal dari kata: qarra-yaqirru, yang berarti sejuk, segar matanya, tinggal. Dalam al-Qur’an kata ini dengan berbagai derivasinya diulang sebanyak 38 kali, dengan makna yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya. Dalam surah al-Furqan: 74, kata qurrah dihubungkan dengan kata a’yun (mata) untuk menunjukkan makna kebahagiaan, sebab orang yang bahagia jiwanya sejuk. Orang yang mendapat kebahagiaan biasanya matanya mengeluarkan air mata yang sejuk. Berbeda dengan air mata yang keluar karena kesedihan, biasanya air mata kesedihan tidak sejuk melainkan panas.

Tafsir ayat:
Hubungan keluarga dengan umat adalah bagaikan batu bata dengan bangunan, yang saling berkaitan satu sama lain. Kekuatan bangunaan tergantung kekuatan batu bata, jika batu batanya kuat maka bangunannya menjadi kuat. Demikian pula umat, jika keluarga-keluarga kuat maka umat itu menjadi  kuat, tapi jika keluarga-keluarganya lemah maka umat pun menjadi lemah.

Dari sinilah pembinaan dan pemeliharaan keluarga menjadi sangat penting, dan wajib berusaha mencari jalan untuk pemeliharaannya. Pemeliharaan kekuatan keluarga tidak akan terwujud kecuali dengan prinsip-prinsip kekuatan keluarga.
Adapun prinsip-prinsip kekuatan keluarga antara lain ialah:

1.      Pernikahan
Jika keluarga merupakan salah satu unsur dari unsur-unsur umat, maka pernikahan adalah pilar utama dari keluarga, dari pernikahan inilah keluarga terwujud dan tumbuh . Pernikahan menurut pandangan Islam mempunyai peran dan kedudukan yang kuat dan terhormat dalam membina keluarga, demikian juga keluarga mempunyai kedudukan yang sangat kuat dalam pembinaan umat.
Pernikahan merupakan fenomena fitrah manusia yang membedakan antara manusia dengan binatang, seandainya tiada pernikahan, maka tiada perbedaan antara manusia dengan binatang.
Manusia adalah makhluk yang dicipkana Allah dengan sempurna, ditiupkan ruh kedalamnya, diberikan akal dan fikiran dan Allah memberikan kelebihan kepada manusia atas makhluk lainnya dan menjadikan mereka sebagai khalifah di bumi ini, serta menundukkan alam ini kepada mereka, sehingga dapat mengelolanya menurut kemampuan yang ada pada mereka.

2.      Cinta kepada pelestarian
Di samping pernikahan yag menjadi pembeda antara manusia dan binatang ialah manusia diberi tabiat cinta kepada pelestarian, maka mereka mendambakan lahirnya anak-anak dan cucu-cucu. Maka Allah SWT dalam firman-Nya:

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ

Allah menjadikan istri-istri dari jenis kamu sendiri,dan menjadikan bagi kamu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberim rizki dari yang  baik-baik. Maka mengapalah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah. (an-Nahl (16): 72)

Ayat yang tergolong makiyah tersebut cukup jelas memaparkan bahwa fitrah manusia antara lain menginginkan agar manusia tetap eksis sekalipun tidak abadi atau pun kekal. Maka Allah SWT menciptakan istri-istri dari jenis manusia,yang dari mereka lahirlah anak-anak dan cucu-cucu yang mewarisi perjuangan orang tua mereka, terutama perjuangan dalam agama yang diridloi Allah SWT (Islam, red). Sebagai bekal perjuangan, mereka diberi rizki yang baik dan banyak serta halal, sehingga menjadi kuat dan kokoh.

Istri-istri dan anak cucu yang shalih itulah, antara lain, menjadikan hati tenang dan tentram,baik dalam keadaan senang ataupun susah sebab merekalah yang paling dekat kepada suami untuk bermusyawarah mengenai segala macam urusan.

Dalam surah ar-Rum : 21 Allah berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagai kaum yang berfikir (ar-Rum (30): 21)



Read More ->>

Rabu, 22 Oktober 2014

IBADAH HAJI (BELAJAR DARI TANAH SUCI)

0 komentar
IBADAH HAJI (BELAJAR DARI TANAH SUCI)
Oleh: Dr. H. Shobahussurur, M.A.

Q.S. AL Hajj :22-27-28
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamudengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rizki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir".

   Ritual haji merupakan praktik ibadah yang tidak dapat lepas dari sejarah Nabi Ibrahim a.s. Hampir semua rukun dan wajib haji yang dilakukan jama’ah haji berkaitan dengan pengalaman-pengalaman yang dialami Nabi Ibrahim, bersama keluarganya. Ibadah Sa'i mengikuti jejak pengalaman Siti Hajar, Istri Ibrahim, yang mencari air untuk putra tercintanya, Ismail (Q.S. al-Baqarah/2: 158).
Ibadah lempar jumrah mengikuti pengalaman Ibrahim ketika diganggu setan dalam melaksanakan perintah Allah.
    Maka semua jama'ah haji ketika melaksanakan ibadah haji, meneguhkan kembali tentang prinsip-prinsip tauhid sebagaimana yang diajarkan oleh Ibrahim yang meliputi: 1). Pengakuan Keesaan Tuhan, serta penolakan terhadap segala macam dan bentuk kemusyrikan baik berupa patung-patung, bintang, bulan dan matahari bahkan segala sesuatu selain dari Allah. 2). Keyakinan tentang adanya neraca keadilan Tuhan dalam kehidupan ini, yang puncaknya akan diperoleh setiap makhluk pada hari kebangkitan kelak. 3) Keyakinan tentang kemanusiaan yang bersifat universal, tiada perbedaan dalam kemanusiaan seseorang dengan lainnya, betapa pun terdapat perbedaan antar mereka dalam hal-hal lainnya.
    Pada akhirnya, ibadah haji bukan sekejar ritual tahunan yang hanya menghabiskan biaya besar. Tapi mestinya membawa dampak positif bagi lingkungan sekitar. Haji tidak hanya selesai di bulan-bulan haji. Pengaruhnya menembus batas berbagai pelapisan sosial hingga diluar musim haji, meluluhkan hati mereka yang sombong dan congkak, meningkatkan kebersamaan dan kedermawanan, mengangkat kemiskinan dan kebodohan, dan menjalin hubungan akrab di kalangan masyarakat yang majemuk. Bila hal itu yang dapat dilakukan sepulang melaksanakan haji, maka orang yang berhaji akan menyandang predikat haji mabrur, laisa lahum jazâ' illa al-jannah (tiada balasan baginya melainkan surga baginya). Orang-orang yang mabrur itu digambarkan oleh Rasulullah Saw. memiliki ciri-ciri antara lain: ith'âm al-tha'âm (memberi makan) kepada orang yang kelaparan, dan thib al-kalâm (baik budi dan tutur katanya). Mereka adalah manusia dermawan yang gerak dan ucapannya membawa kesantunan, kasih sayang dan kedamaian bagi semua.

Walohu alam bishshawab



Read More ->>

MARI BERKURBAN

0 komentar
MARI BERKURBAN
Kurban adalah syari’at Allah yang telah dilaksanakan sejak nabiyullah Ibrahim as, sebagaimana hadits dari Zaid bin Arqam dia berkata:"Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah maksud dari hewan-hewan kurban seperti ini?" beliau bersabda: "Ini merupakan sunnah (ajaran) bapak kalian, Ibrahim." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, lantas apa yang akan kami dapatkan dengannya?" beliau menjawab: Mereka berkata "Setiap rambut terdapat kebaikan."berkata, "Bagaimana dengan bulu-bulunya wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Dari setiap rambut pada bulu-bulunya terdapat suatu kebaikan." (HR Ibnu Majah)
Kurban merupakan amalan yang sangat dicintai Allah, sebagaimana hadits dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلًا أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
 Tidak ada amalan yang dilakukan oleh anak Adam pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai oleh Allah selain dari pada mengucurkan darah (hewan kurban). Karena sesungguhnya ia (hewan kurban) akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban."  (HR Tirmidzi, Ibnu Majah)
Ketika ada seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Umar tentang hukum menyembelih hewan kurban,  Ibnu Umar lalu menjawab, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan kaum muslimin melakukannya." Laki-laki itu mengulangi pertanyaannya. Ibnu Umar lalu berkata, Tidakkah kamu bisa memahaminya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan kaum muslimin melakukannya!" (HR Tirmidzi). Laki-laki itu mengulangi pertanyaannya. Ibnu Umar lalu berkata, Betapa Rasulullah menekankan agar kaum muslimin menyembelih hewan kurban pada hari adha tergambar dari sabda beliau:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
"Barangsiapa memiliki kesempatan (untuk berkurban) namun tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami."  (HR Ibnu Majah dari Abu Hurairah)

Marilah kita raih kesempatan untuk berkurban! Kita persiapkan dengan baik ibadah ini hingga dapat melaksanakannya. Jangan menunggu mempunyai kelebihan uang, tetapi tetapkan menjadi anggaran tahunan kita! Kalau perlu kita menabung selama setahun. Bila tahun ini belum bisa, tetapkan tahun depan bisa! Bulan ini mulai menabung!
Kesungguhan kita melaksanakan amalan yang dicintai Allah, akan mendatangkan kecintaan Allah buat kita. Tidak ada kebahagiaan tanpa kecintaan Allah! Dan cinta Allah akan datang manakala kita mencintai-Nya.

Wallohualam bisawab.
Read More ->>

Recent Comments

HADIRILAH KAJIAN RUTIN

1. Pengajian Pagi Ahad ke-1 dan ke-5 di Balai Dakwah Muhammadiyah Kaliwungu, Jln. Sekopek-Plantaran no.12, Kaliwungu, Kendal.

2. Pengajian Pagi Ahad ke 2 di PAY Putri Hj Rumiatun, Sarirejo, Kaliwungu(Belakang Koramil Kaliwungu).

3. Pengajian Pagi Ahad ke-3 di PAY Hj Siti Rohmah, Kumpulrejo, Kaliwungu.

4. Pengajian Pagi Ahad ke 4 di Ponpes Al Manar Sawah jati Krajan kulon, Kaliwungu.

Pengajian dimulai pukul 06.00-07.00

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ :

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ

رَوَاهُ مُسْلِم عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Barang siapa menumpuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.(HR. Muslim dari Abu Hurairah)

 

| MDM (Mimbar Dakwah Muhammadiyah) Kaliwungu © 2009. All Rights Reserved | Template Style by My Blogger Tricks .com | Design by Brian Gardner | Back To Top |