Jumat, 31 Oktober 2014

PUASA TASU'A DAN 'ASYURA, 9 DAN 10 MUHARRAM 1436H, KEUTAMAAN DAN WAKTUNYA

0 komentar
MARI BERPUASA ASYURA DAN TASU’A, YAKNI TANGGAL 9 DAN 10 MUHARAAM YANG BERTEPATAN PADA HARI AHAD DAN SENIN TANGGAL  2 DAN 3 NOVEMBER 2014,

قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ : يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim dari Abu Qatadah al-Anshari-ra-) 
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkata, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di hari ‘Asyura’ dan memerintahkan manusia untuk berpuasa, para sahabat pun berkata, "Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani." Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, "Pada tahun depan -insya Allah- kita akan berpuasa tanggal 9nya (Muharram) pula.’ Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal. (HR.Muslim)
Apabila tidak bisa berpuasa pada tanggal 9 Muharramnya maka tidak mengapa hanya berpuasa pada tanggal 10nya saja. Akan tetapi lebih utama bila dilakukan keduannya. Wallahu a’lam


Read More ->>

Selasa, 28 Oktober 2014

Pembinaan Keluarga dan Pemeliharaannya 3

0 komentar
Pembinaan Keluarga dan Pemeliharaannya 3
Asyiqien Humam

Taskunu, bentuk mudlari’ dari kata sakana, yang berarti diam, tenang. Kemudian arti kata terebut berkembang sehingga mempunyai arti yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya. Dari kata tersebut lahirlah kata sakinah yang berarti ketenangan, ketentraman. Kata sakinah merupakan bentuk masdar: yang sering diucapkan: keluarga sakinah, yang seharusnya keluarga yang penuh dengan sakinah.
Dalam al-Qur’an kata tersebut diulang sebanyak 67 kali, yang tersebar di berbagai surat/ayat dengan berbagai derivasinya.

Qurrah, bentuk masdar, berasal dari kata: qarra-yaqirru, yang berarti sejuk, segar matanya, tinggal. Dalam al-Qur’an kata ini dengan berbagai derivasinya diulang sebanyak 38 kali, dengan makna yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya. Dalam surah al-Furqan: 74, kata qurrah dihubungkan dengan kata a’yun (mata) untuk menunjukkan makna kebahagiaan, sebab orang yang bahagia jiwanya sejuk. Orang yang mendapat kebahagiaan biasanya matanya mengeluarkan air mata yang sejuk. Berbeda dengan air mata yang keluar karena kesedihan, biasanya air mata kesedihan tidak sejuk melainkan panas.

Tafsir ayat:
Hubungan keluarga dengan umat adalah bagaikan batu bata dengan bangunan, yang saling berkaitan satu sama lain. Kekuatan bangunaan tergantung kekuatan batu bata, jika batu batanya kuat maka bangunannya menjadi kuat. Demikian pula umat, jika keluarga-keluarga kuat maka umat itu menjadi  kuat, tapi jika keluarga-keluarganya lemah maka umat pun menjadi lemah.

Dari sinilah pembinaan dan pemeliharaan keluarga menjadi sangat penting, dan wajib berusaha mencari jalan untuk pemeliharaannya. Pemeliharaan kekuatan keluarga tidak akan terwujud kecuali dengan prinsip-prinsip kekuatan keluarga.
Adapun prinsip-prinsip kekuatan keluarga antara lain ialah:

1.      Pernikahan
Jika keluarga merupakan salah satu unsur dari unsur-unsur umat, maka pernikahan adalah pilar utama dari keluarga, dari pernikahan inilah keluarga terwujud dan tumbuh . Pernikahan menurut pandangan Islam mempunyai peran dan kedudukan yang kuat dan terhormat dalam membina keluarga, demikian juga keluarga mempunyai kedudukan yang sangat kuat dalam pembinaan umat.
Pernikahan merupakan fenomena fitrah manusia yang membedakan antara manusia dengan binatang, seandainya tiada pernikahan, maka tiada perbedaan antara manusia dengan binatang.
Manusia adalah makhluk yang dicipkana Allah dengan sempurna, ditiupkan ruh kedalamnya, diberikan akal dan fikiran dan Allah memberikan kelebihan kepada manusia atas makhluk lainnya dan menjadikan mereka sebagai khalifah di bumi ini, serta menundukkan alam ini kepada mereka, sehingga dapat mengelolanya menurut kemampuan yang ada pada mereka.

2.      Cinta kepada pelestarian
Di samping pernikahan yag menjadi pembeda antara manusia dan binatang ialah manusia diberi tabiat cinta kepada pelestarian, maka mereka mendambakan lahirnya anak-anak dan cucu-cucu. Maka Allah SWT dalam firman-Nya:

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ

Allah menjadikan istri-istri dari jenis kamu sendiri,dan menjadikan bagi kamu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberim rizki dari yang  baik-baik. Maka mengapalah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah. (an-Nahl (16): 72)

Ayat yang tergolong makiyah tersebut cukup jelas memaparkan bahwa fitrah manusia antara lain menginginkan agar manusia tetap eksis sekalipun tidak abadi atau pun kekal. Maka Allah SWT menciptakan istri-istri dari jenis manusia,yang dari mereka lahirlah anak-anak dan cucu-cucu yang mewarisi perjuangan orang tua mereka, terutama perjuangan dalam agama yang diridloi Allah SWT (Islam, red). Sebagai bekal perjuangan, mereka diberi rizki yang baik dan banyak serta halal, sehingga menjadi kuat dan kokoh.

Istri-istri dan anak cucu yang shalih itulah, antara lain, menjadikan hati tenang dan tentram,baik dalam keadaan senang ataupun susah sebab merekalah yang paling dekat kepada suami untuk bermusyawarah mengenai segala macam urusan.

Dalam surah ar-Rum : 21 Allah berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagai kaum yang berfikir (ar-Rum (30): 21)



Read More ->>

Rabu, 22 Oktober 2014

IBADAH HAJI (BELAJAR DARI TANAH SUCI)

0 komentar
IBADAH HAJI (BELAJAR DARI TANAH SUCI)
Oleh: Dr. H. Shobahussurur, M.A.

Q.S. AL Hajj :22-27-28
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamudengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rizki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir".

   Ritual haji merupakan praktik ibadah yang tidak dapat lepas dari sejarah Nabi Ibrahim a.s. Hampir semua rukun dan wajib haji yang dilakukan jama’ah haji berkaitan dengan pengalaman-pengalaman yang dialami Nabi Ibrahim, bersama keluarganya. Ibadah Sa'i mengikuti jejak pengalaman Siti Hajar, Istri Ibrahim, yang mencari air untuk putra tercintanya, Ismail (Q.S. al-Baqarah/2: 158).
Ibadah lempar jumrah mengikuti pengalaman Ibrahim ketika diganggu setan dalam melaksanakan perintah Allah.
    Maka semua jama'ah haji ketika melaksanakan ibadah haji, meneguhkan kembali tentang prinsip-prinsip tauhid sebagaimana yang diajarkan oleh Ibrahim yang meliputi: 1). Pengakuan Keesaan Tuhan, serta penolakan terhadap segala macam dan bentuk kemusyrikan baik berupa patung-patung, bintang, bulan dan matahari bahkan segala sesuatu selain dari Allah. 2). Keyakinan tentang adanya neraca keadilan Tuhan dalam kehidupan ini, yang puncaknya akan diperoleh setiap makhluk pada hari kebangkitan kelak. 3) Keyakinan tentang kemanusiaan yang bersifat universal, tiada perbedaan dalam kemanusiaan seseorang dengan lainnya, betapa pun terdapat perbedaan antar mereka dalam hal-hal lainnya.
    Pada akhirnya, ibadah haji bukan sekejar ritual tahunan yang hanya menghabiskan biaya besar. Tapi mestinya membawa dampak positif bagi lingkungan sekitar. Haji tidak hanya selesai di bulan-bulan haji. Pengaruhnya menembus batas berbagai pelapisan sosial hingga diluar musim haji, meluluhkan hati mereka yang sombong dan congkak, meningkatkan kebersamaan dan kedermawanan, mengangkat kemiskinan dan kebodohan, dan menjalin hubungan akrab di kalangan masyarakat yang majemuk. Bila hal itu yang dapat dilakukan sepulang melaksanakan haji, maka orang yang berhaji akan menyandang predikat haji mabrur, laisa lahum jazâ' illa al-jannah (tiada balasan baginya melainkan surga baginya). Orang-orang yang mabrur itu digambarkan oleh Rasulullah Saw. memiliki ciri-ciri antara lain: ith'âm al-tha'âm (memberi makan) kepada orang yang kelaparan, dan thib al-kalâm (baik budi dan tutur katanya). Mereka adalah manusia dermawan yang gerak dan ucapannya membawa kesantunan, kasih sayang dan kedamaian bagi semua.

Walohu alam bishshawab



Read More ->>

MARI BERKURBAN

0 komentar
MARI BERKURBAN
Kurban adalah syari’at Allah yang telah dilaksanakan sejak nabiyullah Ibrahim as, sebagaimana hadits dari Zaid bin Arqam dia berkata:"Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah maksud dari hewan-hewan kurban seperti ini?" beliau bersabda: "Ini merupakan sunnah (ajaran) bapak kalian, Ibrahim." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, lantas apa yang akan kami dapatkan dengannya?" beliau menjawab: Mereka berkata "Setiap rambut terdapat kebaikan."berkata, "Bagaimana dengan bulu-bulunya wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Dari setiap rambut pada bulu-bulunya terdapat suatu kebaikan." (HR Ibnu Majah)
Kurban merupakan amalan yang sangat dicintai Allah, sebagaimana hadits dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلًا أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
 Tidak ada amalan yang dilakukan oleh anak Adam pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai oleh Allah selain dari pada mengucurkan darah (hewan kurban). Karena sesungguhnya ia (hewan kurban) akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban."  (HR Tirmidzi, Ibnu Majah)
Ketika ada seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Umar tentang hukum menyembelih hewan kurban,  Ibnu Umar lalu menjawab, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan kaum muslimin melakukannya." Laki-laki itu mengulangi pertanyaannya. Ibnu Umar lalu berkata, Tidakkah kamu bisa memahaminya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan kaum muslimin melakukannya!" (HR Tirmidzi). Laki-laki itu mengulangi pertanyaannya. Ibnu Umar lalu berkata, Betapa Rasulullah menekankan agar kaum muslimin menyembelih hewan kurban pada hari adha tergambar dari sabda beliau:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
"Barangsiapa memiliki kesempatan (untuk berkurban) namun tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami."  (HR Ibnu Majah dari Abu Hurairah)

Marilah kita raih kesempatan untuk berkurban! Kita persiapkan dengan baik ibadah ini hingga dapat melaksanakannya. Jangan menunggu mempunyai kelebihan uang, tetapi tetapkan menjadi anggaran tahunan kita! Kalau perlu kita menabung selama setahun. Bila tahun ini belum bisa, tetapkan tahun depan bisa! Bulan ini mulai menabung!
Kesungguhan kita melaksanakan amalan yang dicintai Allah, akan mendatangkan kecintaan Allah buat kita. Tidak ada kebahagiaan tanpa kecintaan Allah! Dan cinta Allah akan datang manakala kita mencintai-Nya.

Wallohualam bisawab.
Read More ->>

Butir-butir Keteladanan Nabi Ibrahim As.

0 komentar

Butir-butir Keteladanan Nabi Ibrahim As.


 Bismilahirohmanirohim

Ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya  dengan beberapa kalimat. Lalu Ibrahim benar-benar  menunaikan semuanya dengan sempurna. Tuhan  berfirman, “ akan Kujadikan engkau IMAM bagi manusia “. Ibrahim bermohon , Anak cucuku mohon juga dijadikan Imam. Allah berfirman, “Janji-Ku ini tidak berlaku bagi orang yang zalim”.  (QS; 2; 124)

  Setiap kali datang hari raya idhul adha, kita selalu teringat kepada dua hamba Allah yang istimewa yang telah ditetapkan Allah secara eksplisit atau jelas sebagai uswatun khasanah atau teladan yang baik bagi manusia khususnya umat islam. Kedua manusia teladan itu adalah Nabi Muhammad saw dan Nabi Ibrahim as. Status keteladanan Nabi Muhammad saw dapat kita ketahui dari  Firman Allah, yang artinya :”Sungguh terdapat teladan yang baik di dalam diri Rasulullah (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan hari akhir, serta banyak mengingat Allah (QS; 33:21)
  Sementara itu status keteladanan Nabi Ibrahim as, dapat kita lihat dari Firman  Allah berikut ini :”Sungguh  terdapat teladan yang baik bagi kamu sekalian di dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya. Ketika mereka berkata kepada kaumnya “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu sekalian dan dari sesuatu yang kalian sembah selain Alllah. Kami ingkari kamu sekalian dan telah nyata permusuhan dan kebencian diantara kami dan kamu sekalian  untuk selamanya sehingga  kamu sekalian beriman kepada Allah se mata-mata , ..” (QS; 60: 4)

 Nabi Ibrahim  dikenal memiliki sifat hanif (lurus), muslim (menyerahkan segenap hidupnya kepada Allah) dan ikhlas  (memurnikan niat semata-mata karena Allah)  sebagaimana termaktub dalam Q.S. Ali Imron : 67  “ Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani tetapi ia seorang yang lurus , muslim dan tidak termasuk orang yang musrik”. Di samping itu beliau adalah seorang nabi yang shidiq  (orang yang selalu jujur atu membenarkan), sebagaimana terbaca dalam Qur’an Surat Maryam ayat 41, “…...sesungguhnya ia seorang yang mencintai kebenaran dan seorang nabi”. Beliau seorang yang berhati lembut, penyantun dan suka kembali kepada  Allah swt, sebagaimana terabadikan dalam Q.S At Taubah :114, Q.S. Hud : 75.

Wasiat dan do’a nabi Ibrahim as.:

Q.S. Al.Baqoroh : 132 : “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ke Islam an itu kepada anak-anaknya demikian pula Yakub, (Ibrahim berkata): Hai anak-anakku, sesungguhnya  Allah telah memilih agama islam untuk kamu, maka janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan muslim”.

Q.S.  Al Baqoroh : 128 : “Ya Tuhan kami jadikanlah kami berdua orang yang muslim (menyerahkan segenap hidupnya ) kepada Mu, dan jadikanlah  diantara anak cucu kami umat yang muslim  kepada Mu”.

Q.S. Ibrahim:40 :  “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang menegakan sholat .Ya Tuhan kami perkenankanlah do’a ku”


Wallohualam bi sawab.
Read More ->>

PEMBINAAN KELUARGA DAN PEMELIHARAANNYA (2)

0 komentar
Pembinaan Keluarga dan Pemeliharaannya (2)


قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا ﴿۴﴾ وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا ﴿۵﴾ يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا ﴿۶﴾

Ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah beruban dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahkanlah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai”.(Maryam (19): 4-6)


يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا [النساء : ۱]

Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (an-Nisa’(04): 1)


يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ [الحجرات : ۱۳]

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (al-Hujurat(49):13)


وَإِنْ أَرَدْتُمُ اسْتِبْدَالَ زَوْجٍ مَكَانَ زَوْجٍ وَآتَيْتُمْ إِحْدَاهُنَّ قِنْطَارًا فَلَا تَأْخُذُوا مِنْهُ شَيْئًا أَتَأْخُذُونَهُ بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا (20) وَكَيْفَ تَأْخُذُونَهُ وَقَدْ أَفْضَى بَعْضُكُمْ إِلَى بَعْضٍ وَأَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا  [النساء : ۲ ، ۲۱]

Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu minta, mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan menanggung dosa yang nyata. Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. (an-Nisa’(04): 20-21)


Tafsir Mufrodat : Anfus
4.      Dalam surah at-Taubah (09): 128, Allah berfirman:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ [التوبة : ۱۲۸]

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.(at-Taubah(09):128)
Pada ayat tersebut kata anfus berarti: kaum

5.      Dalam surat Yusuf (12): 53, Allah berfirman:

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ [يوسف : ۵۳]

Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh untuk berbuat jahat, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.(Yusuf(12): 53)
Pada ayat tersebut nafs berarti: memiliki keinginan yang sangat kuat.

6.      Dalam surah al-Isra’ (17): 25, Allah berfirman:

رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا فِي نُفُوسِكُمْ إِنْ تَكُونُوا صَالِحِينَ فَإِنَّهُ كَانَ لِلْأَوَّابِينَ غَفُورًا [الإسراء : ۲۵]

Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat. (al-Israa’(17): 25)
Pada ayat tersebut nafs berarti: hati.


Jika dikaitkan dengan pembicaraan tentang manusia, maka kata nafs secara umum mengandung arti potensi yang ada dalam diri manusia, baik potensi yang baik, maupun yang buruk. Potensi inilah yang oleh al-Qur’an diperintahkan untuk diperhatikan.


Ust. Asyiqien Humam
Read More ->>

Selasa, 14 Oktober 2014

PEMBINAAN KELUARGA DAN PEMELIHARAANNYA (1)

0 komentar
PEMBINAAN KELUARGA DAN PEMELIHARAANNYA (1)
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ

Allah menjadikan istri-istri dari jenis kamu sendiri,dan menjadikan bagi kamu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberim rizki dari yang  baik-baik. Maka mengapalah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah. (an-Nahl (16): 72)

 وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي 
ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagai kaum yang berfikir (ar-Rum (30): 21)

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang taqwa (al-Furqan (25): 74)

Tafsir Mufrodat:

Anfus : bentuk jamak dari kata nafs yang berarti: ruh, nyawa, tubuh, diri seseorang. Kata nafs berasal dari kosa kata nafisa yang berarti: melahirkan, mengeluarkan, menghilangkan. Kemudian arti kata tersebut berkembang sehingga mempunyai ciri yang bervariasi sesuai dengan konteksnya.
Dalam al-Qur’an kata tersebut dengan berbagai derivasinya di ulang sebanyak 313 kali dengan arti yang berbeda-beda yang tersebar di berbagai surat/ayat. Misalnya:

1. Dalam surah Ali Imran

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا


Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditenukan waktunya . . . (Ali Imron (03): 145)
Pada ayat tersebut, kata nafs berarti: nyawa


2. Dalam surah al-Maidah

مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ كَتَبْنَا عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa, barang siapa yang membunuh seorang manusia bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena kerusakan di muka bumi, maka se-akan-akan telah membunuh manusia seluruhnya . . . (al-Maidah (05): 32)
Pada ayat tersebut, kata nafs berarti diri seseorang


3.  Dalam surah al-An’am

قُلْ لِمَنْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلْ لِلَّهِ كَتَبَ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ

Katakanlah: Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi? Katakanlah: kepunyaan Allah. Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang . . . (al-An’am (6): 12).

Bersambung . . .

Asyiqien Humam





Read More ->>

Recent Comments

HADIRILAH KAJIAN RUTIN

1. Pengajian Pagi Ahad ke-1 dan ke-5 di Balai Dakwah Muhammadiyah Kaliwungu, Jln. Sekopek-Plantaran no.12, Kaliwungu, Kendal.

2. Pengajian Pagi Ahad ke 2 di PAY Putri Hj Rumiatun, Sarirejo, Kaliwungu(Belakang Koramil Kaliwungu).

3. Pengajian Pagi Ahad ke-3 di PAY Hj Siti Rohmah, Kumpulrejo, Kaliwungu.

4. Pengajian Pagi Ahad ke 4 di Ponpes Al Manar Sawah jati Krajan kulon, Kaliwungu.

Pengajian dimulai pukul 06.00-07.00

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ :

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ

رَوَاهُ مُسْلِم عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Barang siapa menumpuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.(HR. Muslim dari Abu Hurairah)

 

| MDM (Mimbar Dakwah Muhammadiyah) Kaliwungu © 2009. All Rights Reserved | Template Style by My Blogger Tricks .com | Design by Brian Gardner | Back To Top |