BERDZIKIR DAN BERSYUKUR KEPADA ALLAH
فَاذْكُرُونِي
أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“ Maka
igatlah kepada Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu ,Bersyukurlah kepada Ku
,Dan janganlah kamu ingkar kepada
Ku “. ( QS. Al Baqarah : 152)
Dijelaskan
dalam tafsir As-Sa’di karangan Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di bahwa: Fadzkuruunii adzkurkum (Maka
ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu) Allah memerintahkan kepada
hamba-Nya untuk mengingat-Nya, dan menjanjikan baginya sebaik-baik balasan yaitu bahwa Allah akan mengingatnya pula
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu
‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allah
Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia
mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya
dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di
kumpulan yang lebih baik daripada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat
kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku
sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan
berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. al-Bukhari
no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Dzikir kepada Allah yang paling istimewa adalah
dzikir yang dilakukan dengan hati dan lisan yaitu dzikir yang menumbuhkan
ma’rifat kepada Allah, kecintaan kepada Nya dan menghasilkan ganjaran yang
banyak dari–Nya. Dzikir adalah puncaknya rasa syukur, oleh karena itu Allah
memerintahkan hal itu secara khusus, kemudian memerintahkan untuk bersyukur
secara umum seraya berfirman: Wasykuruuli (Dan bersyukurlah
kepada Ku).
Maksudnya bersyukurlah terhadap apa yang kami nikmatkan kepada kalian, dan Aku jauhkan kalian dari
berbagai macam kesulitan.
Syukur itu dapat dilakukan dengan hati berupa pengakuan
atas kenikmatan yang didapatkan, dan dengan lisan berupa dzikir dan pujian ,
serta dengan anggota badan berupa ketaatan kepada Allah serta kepatuhan
terhadap perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Syukur itu menyebabkan
kelanggengan nikmat yang telah didapatkan dan menambah kenikmatan yang belum
didapatkan.
Dengan adanya perintah bersyukur setelah kenikmatan
agama seperti ilmu dan penyucian akhlak serta taufik kepada pengamalan
merupakan penjelasan bahwa hal itu adalah sebesar-besarnya kenikmatan, bahkan
ia adalah kenikmatan yang sebenarnya yang akan selalu eksis bila yang lain
lenyap.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi orang yang
diberikan taufik kepada ilmu dan amal agar bersyukur kepada Allah atas semua
itu, agar Allah menambahkan nikmat-Nya dan menghindarkan dirinya dari rasa
bangga diri, sehinga ia senantiasa dalam kesyukuran kepada Allah.
Adapun
kebalikan dari rasa syukur adalah kufur
(pengingkaran). Olek karena itu Allah melarang pengingkaran tersebut dalam
firman-Nya : Wa
laa takfuruun
(dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku)
Maksud
dari pengingkaran di sini adalah lawan dari syukur yaitu ingkar terhadap
kenikmatan yang diberikan, menampiknya serta tidak bersyukur kapada-Nya.
Akhirnya, inti kandungan QS. Al Baqarah : 152 tersebut
meliputi
· Perintah
untuk mengingat Allah melalui dzikir
· Perintah
untuk mensyukuri nikmat Allah
· Larangan
kufur nikmat
Pejelasnya sbb:
Pertama, Dzikir. Dzikir merupakan salah satu cara
untuk mendekatkan diri kepada Allah yaitu dengan mengingat Allah dalam keadaan
apapun.
Dzikir dapat dilakukan dengan lisan seperti mengucapkan kalimah-kalimah
thayyibah,
membaca Dzikir
pagi dan petang setiap harinya, Membaca Al Qur’an, minimal setelah shalat, dan
dzikir-dziki lain yang telah dicontohkan oleh Raswulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diamalkan.
Dzikir juga dapat dilakukan dengan melakukan ketaatan-ketaatan
dengan anggota badan, seperti shalat, baik shalat fardlu yang lima, maupun
shalat-shalat sunah seperti, shalat rawatib, tahajud, shalat witir dan juga
shalat dluha.
Kedua, Syukur. Apabila kita mendapakan
kenikmatan-kenikmatan dari Allah maka kita harus:
¨ Mengakui
dalam hati bahwa seluruh nikmat yang diterima datang hanya dari Allah
¨ Mengucapkan
tahmid
(Alhandulillah) dari lisan
¨ Berterimakasih
kepada orang yang menjadi lantaran datangnya nikmat
¨ Menggunakan
nikmat yang telah diberikan untuk menegakkan ketaatan kepada Allah
¨ Menampakkan
bekas (atsar) nikmat yang telah diberikan.
Adapun contoh kesyukuran atas nikmat yang diterima adalah
sebagai berikut:
Ketika mendapatkan nikmat yang berupa kesehatan, maka cara
mensyukurinya menggunakan nikmat tersebut dengan sebaik-baiknya untuk
menjalankan ketaatan kepada Allah, mencari rizki untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, untuk menuntut ilmu dan menghindarkan diri dari perbuatan yang
dilarang Allah.
Ketika mendapatkan nikmat yang berupa harta benda, maka
cara mensyukurinya mengguakan harta tersebut dengan sebaik-baiknya unuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari yang bermanfaat, berinfak, bersedekah,
menunaikan zakat, menjalankan ibadah haji ke baitullah jika mampu.Wallahu Ta’ala A’lam. Red(I)
Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Related Posts: Buletin Jum'at,
Tafsir al-Qur'an,
Tafsir Mufradat
0 komentar:
Posting Komentar