ISLAM KAFFAH
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا
تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ [البقرة :
208]
Hai orang-rang yang beriman masuklah kedalam Islam
secara totalitas (keseluruhan), dan janganah kalian mengikuti langkah-langkah
setan. Seungguhnya setan adalah musuh nyata bagi kalian.”
(al-Baqarah : 208)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan hamba yang beriman kepada-Nya dan mempercayai
Rasul-Nya untuk mengambil secara keseluruhan syariat Islam, mengamalkan semua
perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya semaksimal mungkin. (Tafsir
Ibnu Katsir)
Syeikh As-Sa’di menjelaskan bahwa
ayat tersebut merupakan perintahAllah kepada orang-orang beriman agar masuk
kedalam Islam secara totalitas (keseluruhan), yaitu mengamalkan semua syariat
Islam dan tidak meninggalkannya sedikit pun,dan hendaknya tidak menuhankan hawa
nafsu dengan hanya mau melaksanakan syariat yang bersesuaian dengan hawa
nafsunya. Namun apabila syariat tersebut tidak sesuai dengan hawa nafsunya,
syariat tersebut ditinggalkan.
Adapun sifat yang seharusnya dimiliki oleh orang
yang beriman adalah menjadikan hawa nafsu mengikuti aturan agama dengan
melakukan segala perbuatan yang mampu dilakukan, sedangkan perbuatan yang belum
mampu dilakukan tetap harus diterima dan berniat untuk melaksanakannya sehingga
tetap mendapatkan pahala kebaikan tersebut karena sudah adanya niat utuk
melaksanakan.
Masuk Islam secara keseuruhan, tdak akan mungkin
terjadi kecuali dengan menyelisihi berbagai jalan-jalan setan, Allah
menunjukkan hal ini dengan berfirman, “dan Janganlah kalia mengikuti langkah-langkah setan,” yaitu dengan melakukan berbagai
bentuk kemaksiatan kepada Allah. “Karena sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.” Musuh yang nyata yang tidak akan
memerintahkan kecuali keburukan, perbuatan keji dan berbagai hal yang
menimbulkan bahaya bagi kalian (orang-orang beriman).
Menurut Ikrimah, ayat ini (al-Baqarah : 208) turun
berkenaan dengan sekelompok orang-orang Yahudi yang baru saja masuk Islam.
Mereka meminta ijin kepada Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- untuk mengagungkan hari sabtu dan membaca Kitab Taurat di malam hari. Lalu
Allah memerintahkan mereka untuk melaksanakan syiar-syiar Islam dan menyibukkan
diri dengannya sehingga tidak perlu melaksanakan ajaran selain Islam.
Meskipun ayat tersebut turun berkenaan dengan orang-orang
Yahudi yang baru saja masuk Islam, namun ayat tersebut ditujukkan kepada
seluruh orang yang beriman.
Dalam kitab Nidaatur Rabbil ‘Alamin, kata as-Silmi yang
dimaksud dalam ayat tersebut adalah Islam, berupa ketundukkan kepada Allah
secara lahir maupun batin.
Sedangan makna dari kaaffah dalam
ayat di atas adalah secara keseluruha (totalitas). Imam Ibnu Katsir menjelaskan
bahwa setiap orang yang beriman diperintahkan semaksimal mungkin untuk
melaksanakan semua cabang-cabang Iman dengan aturan-aturan Islam yang sangat
banyak jumlahnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut jelaslah bagi kita,
bahwa, kita harus menjadikan Islam ini sebagai jalan hidup kita dengan
memperhatikan perintah-perintah Allah dan menjalankannya dengan semaksimal
mungkin dan juga menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
Kita berjalan di dunia ini dengan panduan al-Qur’an
dan juga sunah maqbulah, dengan terus memperhatikan apakah yang kita lakukan
ini sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya dan apakah akan mendapatkan
keridlaan dari Allah Ta’ala? Inilah landasan semua perbuatan kita.
Bukan malah sebaliknya, kita menjadikan Islam hanya
sebagai embel-embel saja. Lalu kita menjalankan perbuatan-peruatan yang
bersesuai dengan hawa nafsu kita, yang hanya sesuai dengan kesenangan kita,
tanpa memperdulikan apakah Allah meridlai perbuatan kita ataupun tidak, atau
dengan kata lain kita mengikuti langkah-langkah setan yang merupakan musuh yang
nyata bagi kita, yang hanya mengajak kepada keburukan dan berusaha
menjerumuskan kita kepada kemaksiatan.
Akhirnya, kita selalu bermuhasabah, instropeksi
diri, menghitung-hitung segala amalan
perbuatan kita untuk terus berusaha menjadi hamba yang diridlai Allah
Ta’ala. Wallahu
Ta’ala A’lam.
Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Related Posts: Buletin Jum'at,
Keluarga,
Pembinaan Keluarga,
Tafsir al-Qur'an
0 komentar:
Posting Komentar